8.01.2012

MENYEMBAH TUHAN

Oleh Rick Joyner


Sewaktu saya mendengarkan Hikmat, siapa pun sulit memahami, bahkan para saksi yang seperti awan itu, untuk menginginkan suatu otoritas atau posisi di hadirat-Nya. Sepertinya di setiap waktu yang saya habiskan di sini, kemuliaan dan otoritas Dia menjadi semakin besar, dan saya tahu bahwa penglihatan saya akan Dia itu masih sangat terbatas. Sama seperti alam semesta yang terus ukurannya membesar tanpa bisa dipahami, demikian juga pewahyuan kita akan Dia sepertinya akan terus membesar sampai ke kekekalan. “Bagaimana mungkin umat manusia akan bisa mewakili Engkau?” tanya saya.
Saat Bapa menggerakkan kelingking-Nya, seluruh alam semesta gemetar. Seandianya engkau dengan kata-katamu bisa mengguncangkan bangsa-bangsa, perkataanmu itu tidak akan mempengaruhi mereka yang ada di sini. Tetapi jika saudara-Ku yang paling kecil yang ada di bumi menunjukkan kasihnya, ituyang  akan memberi sukacita ke hati Bapa-Ku. Jika ada gereja yang paling kecil dengan rendah hati menyanyi untuk Bapa-Ku dengan kasih sejati di hati mereka, Dia akan minta seluruh sorga berdiam diri  agar bisa mendengarkan mereka. Dia tahu bahwa seseorang yang telah memandang kemuliaan-Nya tidak akan tahan untuk tidak menyembah Dia, tetapi jika mereka yang sedang ada di kegelapan dan dalam kesulitan mau  menyanyi dengan hati yang benar kepada-Nya, itu akan menyentuh Dia lebih dari apa yang bisa penghuni sorga berikan, yang jumlahnya tidak terhitung itu.
Banyak kali sesuatu yang ada di bumi akan membuat seluruh sorga menangis dengan sukacita di saat mereka menyentuh hakekat Bapa. Hanya sedikit sekali orang kudus yang mau bergumul untuk mengungkapkan pemujaan mereka kepada Dia; ini menjadikan Dia menangis. Setiap waktu saya melihat saudara-saudara-Ku menjamah Dia dengan penyembahan yang benar, segala rasa sakit dan kesedihan yang ada di salib itu sepertinya masih kurang untuk itu. Tidak ada sesuatu yang lebih bersukacita daripada saat engkau menyembah Bapa Saya. Saya pergi ke salib sehingga engkau bisa menyembah Dia melalui Saya. Dalam penyembahan inilah engkau, Bapa, dan Saya menjadi satu.”
Segala apa yang saya alami, emosi yang datangnya dari Tuhan sewaktu Dia mengatakan kepada saya ini, lebih besar dari yang pernah saya alami. Dia tidak menangis maupun tertawa. Suara-Nya stabil; tetapi apa yang Dia katakan kepada saya tentang penyembahan datang dari suatu kedalaman di dalam Dia, yang hampir saya tidak sanggup menerimanya. Saya tahu kalau saya sedang mendengar kasih paling dalam dari Anak TUHAN –melihat sukacita Bapa. Sukacita Bapa ialah saat ada penyembahan sejati dari mereka yang sedang berperang, bergumul, para umat percaya di bumi. Hanya mereka yang bisa melakukan ini.
Di saat ini saya sangat ingin meninggalkan tempat itu, bahkan dengan semua kemuliaannya, hanya mau ikut kebaktian penyembahan yang membosankan di bumi. Saya terbeban dengan kenyataan bahwa kita sesungguhnya bisa menjamah Bapa. Satu orang menyembah Dia dari bumi di masa-masa gelapnya punya arti yang lebih bagi Bapa dibandingkan dengan ratusan juta yang menyembah Dia di sorga. Dari bumi kita bisa menjamah hati-Nya di saat-saat seperti itu, dan di luar itu kita tidak akan pernah mampu melakukannya lagi! Saya begitu terbebani oleh hal ini sehingga saya tidak menyadari kalau saya jatuh tersungkur. Kemudian saya seperti jatuh tertidur dengan nyenyak.
Saya melihat Bapa. Ratusan juta ada di hadapan-Nya. Kemuliaan-Nya begitu besar dan kuasa hadirat-Nya begitu memukau, membuat saya merasa bahwa seluruh bumi hanya sebesar satu butir pasir di hadapan-Nya. Ketika saya mendengar suara-Nya, saya merasa seperti sebuah atom yang ada di depan matahari, tetapi saat saya melihat Dia, saya tahu kalau matahari itu seperti sebuah atom di depan Dia. Galaksi-galaksi seperti tirai di sekitar Dia. Jubah-Nya terbuat dari ratusan juta bintang yang hidup. Segala sesuatu yang ada di hadirat-Nya menjadi hidup – tahta-Nya, mahkota-Nya, tongkat-Nya. Saya tahu saya bisa tinggal di hadapan Dia untuk selamanya dan tanpa pernah berhenti mengagumi-Nya; tidak ada tujuan yang lebih tinggi di alam semesta selain menyembah Dia.
Kemudian Bapa memperhatikan ke satu hal. Semua sorga sepertinya terdiam dan ikut memperhatikan. Dia memandang salib. Kasih Anak kepada Bapa-Nya yang terus Dia ungkapkan melalui semua penderitaan dan kegelapan mendatangi Dia untuk menjamah Bapa begitu dalam sampai membuat Dia tergoncang. Saat Bapa menutup mata-Nya, sorga dan dunia menjadi gelap. Emosi Bapa begitu besar sehingga saya berpikir apa saya bisa tetap hidup jika saya memandang peristiwa ini lebih lama dari waktu sesaat yang saya lakukan.
Kemudian saya ada di tempat yang lain, memandang suatu kebaktian penyembahan di suatu gereja kecil. Seperti yang kadang-kadang terjadi di pengalaman profetis, saya sepertinya ingin mengetahui segala sesuatu  untuk setiap orang yang ada di ruang kecil yang berantakan itu. Semua  yang ikut kebaktian itu sepertinya mengalami pencobaan berat dalam hidupnya, tetapi mereka tidak memikirkannya. Mereka tidak berdoa untuk kebutuhannya. Mereka semua berdoa untuk dan menaikkan nyanyian ucapan syukur kepada Tuhan. Mereka bahagia, dan sukacita mereka itu tulus.
Saya melihat ke sorga, dan semua sorga menangis. Saya kemudian melihat Bapa lagi dan tahu mengapa sorga menangis. Mereka menangis karena melihat airmata di mata Bapa. Kelompok kecil ini sepertinya sudah dikalahkan, orang-orang yang sedang bergumul, yang menggerakkan TUHAN begitu dalam sehingga Bapa menangis. Itu bukan airmata kesakitan, tetapi sukacita. Saat saya melihat kasih yang Dia rasakan dari sedikit penyembah ini, saya tidak bisa menahan airmata saya.
Tidak ada sesuatu pengalaman saya yang mencengkeram saya lebih dari pandangan ini. Penyembahan kepada Tuhan di bumi sekarang lebih saya inginkan daripada tinggal di semua kemuliaan sorga. Saya tahu kalau saya diberi pesan untuk membantu menyiapkan orang-orang kudus di bumi untuk menghadapi peperangan; tetapi saat ini tidak lagi sebesar untuk menunjukkan bagaimana kita bisa menjamah Bapa. Pemujaan sejati dinyatakan oleh umat percaya yang rendah hati di bumi bisa membuat seluruh sorga bersukacita, bahkan lebih dari itu. Itu akan menjamah Bapa. itulah mengapa para malaikat lebih suka diberi tugas bersama satu umat percaya di bumi daripada diberi otoritas atas atas banyak galaksi bintang-bintang.
Saya melihat Yesus berdiri di samping Bapa. Memandang sukacita Bapa saat Dia melihat pertemuan doa yang kecil itu. Dia menoleh kepada saya dan berkata, “Inilah alasan mengapa Saya pergi ke salib. Memberi Bapa sukaacita hanya untuk sesaat akan sangat berharga sekali. Penyembahanmu bisa membuat Dia bersukacita setiap hari. Penyembahanmu yang kamu lakukan di tengah-tengah kesulitanmu akan menyentuh Dia lebih daripada semua penyembahan yang ada di sorga. Disini, dimana kemuliaan-Nya kelihatan, para malaikat tidak bisa lain selain menyembah. Jika engkau menyembah tanpa melihat kemuliaan-Nya di tengah-tengah pencobaanmu, itulah menyembah dalam Roh dan kebenaran. Bapa mencari mereka yang menyembah Dia seperti itu. Jangan menyia-nyiakan pencobaanmu. Sembah Bapa, bukan apa yang kalian terima, tetapi untuk memberi Dia sukacita. Kamu tidak akan lebih kuat selain kamu memberi Dia sukacita, karena sukacita Tuhan itu kekuatanmu.”
Disadur bebas dari Worhip in Spirit – The  Call oleh Rick Joyner

0 komentar:

Posting Komentar